Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti (FKG Usakti), Prof drg Rahmi Amtha, MDS, Ph.D, Sp.PM pada Webinar “Pelatihan Deteksi Dini Kanker Mulut dengan Metode SAMURI (Periksa Mulut Sendiri)”, yang digelar Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) FKG Usakti, Sabtu (30/10/2021).

Webinar Pelatihan Deteksi Dini Kanker Mulut dengan Metode SAMURI (Periksa Mulut Sendiri) yang digelar Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) FKG Usakti, Sabtu (30/10/2021). (Foto: Tangkap layar Zoom)
“Kanker mulut itu penyakit yang tanda-tandanya sukar untuk diperhatikan sehingga seringkali tidak dikenali oleh masyarakat awam,” ujar Prof Rahmi Amtha pada Webinar yang dimoderatori oleh drg. Rahma Landy ini.
Lebih lanjut ia menuturkan, kanker mulut biasanya diawali dengan lesi pra-kanker yang ditandai perubahan warna. Pada mulut normal, tekstur dan tampilan mukosa biasanya berwarna merah muda. Namun jika berubah menjadi lesi pra-kanker maka biasanya terjadi perubahan warna menjadi putih, merah atau kombinasi keduanya.
Menurut Prof Rahmi Amtha yang juga Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia (ISPSI) ini, pengendalian kanker di Indonesia sesuai anjuran pemerintah, menitikberatkan pada deteksi dini dan menurunkan angka kematian akibat kanker. Ia menuturkan, berdasarkan Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,7 per 100 penduduk atau sekitar 347.000 orang per tahun. Kanker payudara menempati urutan pertama kanker sebesar 21.4%, diikuti dengan kanker paru, kanker servix, kanker kolorektum, kanker prostat, kanker hati dan kanker nasofaring.
“Sementara kanker mulut menempati urutan ke-6 dari seluruh jenis kanker di RS Kanker Dharmais tahun 2003-2013. Dan, pada 2017 dilaporkan oleh Cheong dkk, Indonesia memiliki insidensi kanker mulut tertinggi di Asia Tenggara yaitu 5.329 kasus dari total 18.071 kasus. Jumlah kanker mulut pun terus meningkat dengan angka kematian separuh dari jumlah insidensinya,” papar dia.
FKG Usakti sendiri bekerja sama dengan komunitas penyintas kanker ‘Love and Healthy’ Tangerang terdiri dari penyintas kanker payudara. Pada peyintas kanker, upaya pengawasan berkala secara teratur terhadap kesehatan merupakan kewajiban untuk dilakukan, sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya kekambuhan kanker, penyebaran atau metastasis ke bagian tubuh lain termasuk rongga mulut yang menurut laporan kasus di berbagai jurnal sebesar 1- hingga 5%.
“Tim PkM Usakti telah melaksanakan kegiatan yang merupakan bagian dari unsur Tri Dharma Perguruan Tinggi berupa “Pelatihan Deteksi Dini Kanker Mulut dengan Metode SAMURI (Periksa Mulut Sendiri) pada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan mengenai kanker mulut seperti bagaimana gambaran klinis awal dan lanjut, faktor pencetus kanker mulut, cara melakukan SAMURI dengan benar, cara mencuci tangan dengan baik sebelum melakukan SAMURI, serta cara menjaga kesehatan rongga mulut agar terhindar dari berbagai penyakit,” jelas Prof Rahma, yang juga Ketua PkM FKG Usakti ini.
Sementara Dr Komariah, S.Si, M.Biomed dalam makalahnya berjudul “Faktor Pencetus Kanker Rongga Mulut”, mengungkap bahwa faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker mulut antara lain merokok, mengunyah tembakau (menyirih), konsumsi alkohol, virus, pola makan, faktor usia dan Iatar belakang genetik.
“Di dalam tembakau itu terdapat senyawa yang bersifat karsinogen atau pencetus sel-sel kanker, di mana senyawa ini mampu menginduksi pembelahan sel dengan cepat. Maka tidak heran banyak penyintas kanker rongga mulut baru menyadari penyakitnya ketika sudah mencapai stadium lanjut,” terangnya.
Sedangkan Dr drg Dewi Priandini, Sp.PM dalam kesempatan webinar ini menekankan pentingnya bagi masyaarakat mengetahui cara mencuci tangan dengan tepat. Ia menekankan pentingnya kita mencuci tangan dengan benar sebelum mengerjakan sesuatu terutama mengonsumsi makanan, karena tangan merupakan media transmisi mikroorganisme.
“Tangan kita itu ibarat pistol, sementara mikroorganisme itu pelurunya. Sehari-hari kita menggunakan tangan untuk melakukan sesuatu, termasuk makan dan minum. Maka jika kita menjaga kebersihan tangan dengan benar, hal itu bisa menjadi pembunuh dalam senyap (silent killer),” ujarnya mengibaratkan.
Untuk itu, ia mengajak setiap individu untuk menjaga kebersihan tangan masing-masing.
“Karena kebersihan tangan merupakan pilar dalam pencegahan dan pengendalian infeksi, utamanya infeksi rongga mulut,” tandas Dr. Dewi yang juga Kepala UPT Humas Universitas Trisakti ini.